Jumat, 13 Agustus 2010

Kisah NabiMuhammad SAWMenjelang Ajal

Betapa mulia dan
indahnya akhlak baginda
Ya Rasulullah SAW
Mengingatkan kita
sewaktu sakratul maut.
Pagi itu, Rasulullah
dengan suara terbata
memberikan petuah,
"Wahai umatku, kita
semua ada dalam
kekuasaan Allah dan cinta
kasih-Nya. Maka taati dan
bertakwalah kepada-Nya.
Kuwariskan dua hal pada
kalian, sunnah dan Al
Qur'an. Barang siapa
mencintai sunnahku,
berati mencintai aku dan
kelak orang-orang yang
mencintaiku, akan
bersama-sama masuk
surga bersama aku."
Khutbah singkat itu
diakhiri dengan
pandangan mata
Rasulullah yang teduh
menatap sahabatnya satu
persatu. Abu Bakar
menatap mata itu dengan
berkaca-kaca, Umar
dadanya naik turun
menahan napas dan
tangisnya. Ustman
menghela napas panjang
dan Ali menundukkan
kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang,
saatnya sudah tiba.
"Rasulullah akan
meninggalkan kita
semua," desah hati semua
sahabat kala nitu.
Manusia tercinta itu,
hampir usai menunaikan
tugasnya di dunia. Tanda-
tanda itu semakin kuat,
tatkala Ali dan Fadhal
dengan sigap menangkap
Rasulullah yang limbung
saat turun dari mimbar.
Saat itu, seluruh sahabat
yang hadir di sana pasti
akan menahan detik-detik
berlalu, kalau bisa.
Matahari kian tinggi, tapi
pintu Rasulullah masih
tertutup. Sedang di
dalamnya, Rasulullah
sedang terbaring lemah
dengan keningnya yang
berkeringat dan
membasahi pelepah
kurma yang menjadi alas
tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu
terdengar seorang yang
berseru mengucapkan
salam. "Bolehkah saya
masuk?" tanyanya. Tapi
Fatimah tidak
mengizinkannya masuk,
"Maafkanlah, ayahku
sedang demam," kata
Fatimah yang
membalikkan badan dan
menutup pintu.
Kemudian ia kembali
menemani ayahnya yang
ternyata sudah membuka
mata dan bertanya pada
Fatimah, "Siapakah itu
wahai anakku?"."Tak
tahulah ayahku, orang
sepertinya baru
sekali ini aku
melihatnya,"tutur Fatimah
lembut. Lalu, Rasulullah
menatap puterinya itu
dengan pandangan yang
menggetarkan. Seolah-
olah bahagian demi
bahagian wajah anaknya
itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang
menghapuskan
kenikmatan sementara,
dialah yang memisahkan
pertemuan di dunia.
Dialah malaikatul maut,"
kata Rasulullah, Fatimah
pun menahan ledakan
tangisnya.
Malaikat maut datang
menghampiri, tapi
Rasulullah menanyakan
kenapa Jibril tidak ikut
bersama menyertainya.
Kemudian dipanggillah
Jibril yang sebelumnya
sudah bersiap di atas
langit dunia menyambut
ruh kekasih Allah dan
penghulu dunia ini. "
Jibril, jelaskan apa hakku
nanti di hadapan Allah?"
Tanya Rasululllah dengan
suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah
terbuka, para malaikat
telah menanti rohmu.
Semua surga terbuka
lebar menanti
kedatanganmu," kata
Jibril. Tapi itu ternyata
tidak membuatkan
Rasulullah lega, matanya
masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang
mendengar khabar ini?"
Tanya Jibril lagi.
"Khabarkan
kepadaku bagaimana
nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai
Rasul Allah, aku pernah
mendengar Allah
berfirman kepadaku:
Kuharamkan surga bagi
siapa saja, kecuali umat
Muhammad telah berada
di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin
dekat, saatnya Izrail
melakukan tugas.
Perlahan ruh Rasulullah
ditarik. Nampak seluruh
tubuh Rasulullah
bersimbah peluh, urat-
urat lehernya
menegang."Jibril, betapa
sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah
mengaduh. Fatimah
terpejam, Ali yang di
sampingnya menunduk
semakin dalam dan Jibril
memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku,
hingga kau palingkan
wajahmu Jibril?" Tanya
Rasulullah pada Malaikat
pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup,
melihat kekasih Allah
direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian
terdengar Rasulullah
mengaduh, karena sakit
yang tidak tertahankan
lagi. "Ya Allah, dahsyat
nian maut ini, timpakan
saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada
umatku. "Badan
Rasulullah mulai dingin,
kaki dan
dadanya sudah tidak
bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan
hendak membisikkan
sesuatu, Ali mendekatkan
telinganya."Uushiikum bis-
shalaati, wamaa malakat
aimaanukum - peliharalah
shalat dan peliharalah
orang-orang lemah di
antaramu." Di luar, pintu
tangis mulai terdengar
bersahutan, sahabat
saling berpelukan.
Fatimah menutupkan
tangan di wajahnya, dan
Ali kembali
mendekatkan telinganya
ke bibir Rasulullah yang
mulai kebiruan. "Ummatii,
ummatii, ummatiii!" -
"Umatku, umatku,
umatku"
Dan, berakhirlah hidup
manusia mulia yang
memberi sinaran itu. Kini,
mampukah kita mencintai
sepertinya? Allaahumma
sholli 'alaa Muhammad
wa'alaihi wasahbihi
wasallim. Betapa cintanya
Rasulullah kepada kita.
Usah gelisah apabila
dibenci manusia kerana
masih banyak yang
menyayangimu di dunia,
tapi gelisahlah apabila
dibenci Allah kerana tiada
lagi yang mengasihmu di
akhirat kelak.
sumber http://
reallife65.blogspot.com/2010/08/
kisah-nabi-muhammad-
saw-menjelang-ajal.html

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan sopan

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls