Jupiter adalah planet
terbesar di tata surya.
Ukurannya 120 kali dari
Bumi. Namun, pengukuran
terbaru melalui pesawat
luar angkasa
mengungkapkan inti
planet itu paling banyak
berukuran 10 kali lipat
dari planet yang kita
tinggali.
Studi terbaru tentang
Jupiter menemukan
bahwa, planet raksasa itu
memiliki inti yang sangat
kecil dibandingkan
dengan ukurannya yang
besar. Ilmuwan meyakini,
Jupiter jadi planet
terbesar di Galaksi Bima
Sakti karena ia menelan
planet-planet kecil
lainnya, sebelum
membesar.
Seperti dimuat dalam situs
sains, New Scientist, inti
Jupiter diduga mengalami
evaporasi dalam tabrakan
besar dengan sebuah
planet yang ukurannya 10
kali lipat dari ukuran
Bumi. Studi ini
memberikan wawasan
baru ke sebuah proses
yang sengit di awal
pembentukan tata surya
kita.
Peneliti dari Universitas
Peking, Cina telah meniru
apa yang mungkin terjadi
dalam peristiwa tumbukan
itu. Simulasi yang
dilakukan menunjukkan,
planet berbatu yang
mendekat ke Jupiter akan
diratakan saat membentur
atmosfer planet raksasa
itu.
Setengah jam kemudian,
planet itu akan jatuh ke
dalam inti Jupiter.
Unsur-
unsur berat dalam inti
seperti logam akan
menguap dan kemudian
bercampur dengan
hidrogen dan helium di
atmosfer Jupiter. Para
ilmuwan yakin, ini
mungkin menjelaskan
mengapa inti Jupiter
sangat kecil tapi
atmosfernya sangat padat.
Douglas Lin dari University
of California mengatakan,
bahwa meskipun planet
yang lebih kecil tidak
menabraknya, Jupiter
akan terus tumbuh
menjadi sebuah planet
raksasa dengan
sendirinya.
Tim peneliti mengatakan,
elemen dalam planet
Saturnus juga mungkin
disebabkan oleh hal
serupa, tubrukan dengan
planet yang lebih kecil.
Planet-planet di tata surya
diciptakan oleh tabrakan
antara planet-planet
kerdil yang mengorbit
Matahari, yang kala itu
juga baru lahir. Dalam
proses tabrakan itu,
planet-planet kecil
mencair dan membentuk
planet-planet yang lebih
besar.
Bumi dan Bulan
merupakan hasil dari
tabrakan antara dua
planet raksasa seukuran
Mars dan Venus.
Proses tabrakan terjadi
dalam waktu kurang dari
24 jam, dan suhu bumi
saat itu sangat tinggi,
sekitar 7.000 derajat
Celcius, di mana batuan
dan logam bisa mencair.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan sopan