Sabtu, 14 Agustus 2010

Ternyata Islam Sudah AdaDi Amerika SebelumColombus Datang

Jika Anda mengunjungi
Washington DC, datanglah
ke Perpustakaan Kongres
(Library of Congress).
Lantas, mintalah arsip
perjanjian pemerintah
Amerika Serikat dengan
suku Cherokee, salah satu
suku Indian, tahun 1787.
Di sana akan ditemukan
tanda tangan Kepala Suku
Cherokee saat itu,
bernama AbdeKhak dan
Muhammad Ibnu
Abdullah.
Isi perjanjian itu antara
lain adalah hak suku
Cherokee untuk
melangsungkan
keberadaannya dalam
perdagangan, perkapalan,
dan bentuk pemerintahan
suku cherokee yang saat
itu berdasarkan hukum
Islam. Lebih lanjut, akan
ditemukan kebiasaan
berpakaian suku Cherokee
yang menutup aurat
sedangkan kaum laki-
lakinya memakai turban
(surban) dan terusan
hingga sebatas lutut.
Cara berpakaian ini dapat
ditemukan dalam foto
atau lukisan suku
cherokee yang diambil
gambarnya sebelum tahun
1832. Kepala suku terakhir
Cherokee sebelum
akhirnya benar-benar
punah dari daratan
Amerika adalah seorang
Muslim bernama Ramadan
Ibnu Wati.
Berbicara tentang suku
Cherokee, tidak bisa lepas
dari Sequoyah. Ia adalah
orang asli suku cherokee
yang berpendidikan dan
menghidupkan kembali
Syllabary suku mereka
pada 1821. Syllabary
adalah semacam aksara.
Jika kita sekarang
mengenal abjad A sampai
Z, maka suku Cherokee
memiliki aksara sendiri.
Yang membuatnya sangat
luar biasa adalah aksara
yang dihidupkan kembali
oleh Sequoyah ini mirip
sekali dengan aksara
Arab. Bahkan, beberapa
tulisan masyarakat
cherokee abad ke-7 yang
ditemukan terpahat pada
bebatuan di Nevada
sangat mirip dengan kata
” Muhammad” dalam
bahasa Arab.
Nama-nama suku Indian
dan kepala sukunya yang
berasal dari bahasa Arab
tidak hanya ditemukan
pada suku Cherokee
(Shar-kee), tapi juga
Anasazi, Apache, Arawak,
Arikana, Chavin Cree,
Makkah, Hohokam, Hupa,
Hopi, Mahigan, Mohawk,
Nazca, Zulu, dan Zuni.
Bahkan, beberapa kepala
suku Indian juga
mengenakan tutp kepala
khas orang Islam. Mereka
adalah Kepala Suku
Chippewa, Creek, Iowa,
Kansas, Miami,
Potawatomi, Sauk, Fox,
Seminole, Shawnee, Sioux,
Winnebago, dan Yuchi.
Hal ini ditunjukkan pada
foto-foto tahun 1835 dan
1870.
Secara umum, suku-suku
Indian di Amerika juga
percaya adanya Tuhan
yang menguasai alam
semesta. Tuhan itu tidak
teraba oleh panca indera.
Mereka juga meyakini,
tugas utama manusia
yang diciptakan Tuhan
adalah untuk memuja dan
menyembah-Nya. Seperti
penuturan seorang Kepala
Suku Ohiyesa : ”In the life
of the Indian, there was
only inevitable duty-the
duty of prayer-the daily
recognition of the Unseen
and the Eternal ”.
Bukankah Al-Qur’an juga
memberitakan bahwa
tujuan penciptaan
manusia dan jin semata-
mata untuk beribadah
pada Allah (*)
Subhanallah….
Bagaimana bisa Kepala
suku Indian Cheeroke itu
muslim?
Sejarahnya panjang,
Semangat orang-orang
Islam dan Cina saat itu
untuk mengenal lebih
jauh planet (tentunya saat
itu nama planet belum
terdengar) tempat
tinggalnya selain untuk
melebarkan pengaruh,
mencari jalur
perdagangan baru dan
tentu saja memperluas
dakwah Islam mendorong
beberapa pemberani di
antara mereka untuk
melintasi area yang masih
dianggap gelap dalam
peta-peta mereka saat itu.
Beberapa nama tetap
begitu kesohor sampai
saat ini bahkan hampir
semua orang pernah
mendengarnya sebut saja
Tjeng Ho dan Ibnu
Batutta, namun beberapa
lagi hampir-hampir tidak
terdengar dan hanya
tercatat pada buku-buku
akademis.
Para ahli geografi dan
intelektual dari kalangan
muslim yang mencatat
perjalanan ke benua
Amerika itu adalah Abul-
Hassan Ali Ibn Al Hussain
Al Masudi (meninggal
tahun 957), Al Idrisi
(meninggal tahun 1166),
Chihab Addin Abul Abbas
Ahmad bin Fadhl Al Umari
(1300 – 1384) dan Ibn
Battuta (meninggal tahun
1369).
Menurut catatan ahli
sejarah dan ahli geografi
muslim Al Masudi (871 –
957), Khashkhash Ibn
Saeed Ibn Aswad seorang
navigator muslim dari
Cordoba di Andalusia,
telah sampai ke benua
Amerika pada tahun 889
Masehi. Dalam bukunya,
‘ Muruj Adh-dhahab wa
Maadin al-Jawhar’ (The
Meadows of Gold and
Quarries of Jewels), Al
Masudi melaporkan
bahwa semasa
pemerintahan Khalifah
Spanyol Abdullah Ibn
Muhammad (888 – 912),
Khashkhash Ibn Saeed Ibn
Aswad berlayar dari Delba
(Palos) pada tahun 889,
menyeberangi Lautan
Atlantik, hingga mencapai
wilayah yang belum
dikenal yang disebutnya
Ard Majhoola, dan
kemudian kembali dengan
membawa berbagai harta
yang menakjubkan.
Sesudah itu banyak
pelayaran yang dilakukan
mengunjungi daratan di
seberang Lautan Atlantik,
yang gelap dan berkabut
itu. Al Masudi juga
menulis buku ‘Akhbar Az
Zaman’ yang memuat
bahan-bahan sejarah dari
pengembaraan para
pedagang ke Afrika dan
Asia.
Dr. Youssef Mroueh juga
menulis bahwa selama
pemerintahan Khalifah
Abdul Rahman III (tahun
929-961) dari dinasti
Umayah, tercatat adanya
orang-orang Islam dari
Afrika yang berlayar juga
dari pelabuhan Delba
(Palos) di Spanyol ke
barat menuju ke lautan
lepas yang gelap dan
berkabut, Lautan Atlantik.
Mereka berhasil kembali
dengan membawa barang-
barang bernilai yang
diperolehnya dari tanah
yang asing.
Beliau juga menuliskan
menurut catatan ahli
sejarah Abu Bakr Ibn
Umar Al-Gutiyya bahwa
pada masa pemerintahan
Khalifah Spanyol, Hisham
II (976-1009) seorang
navigator dari Granada
bernama Ibn Farrukh
tercatat meninggalkan
pelabuhan Kadesh pada
bulan Februari tahun 999
melintasi Lautan Atlantik
dan mendarat di Gando
(Kepulaun Canary).
Ibn Farrukh berkunjung
kepada Raja Guanariga
dan kemudian
melanjutkan ke barat
hingga melihat dua pulau
dan menamakannya
Capraria dan Pluitana. Ibn
Farrukh kembali ke
Spanyol pada bulan Mei
999.
Perlayaran melintasi
Lautan Atlantik dari
Maroko dicatat juga oleh
penjelajah laut Shaikh
Zayn-eddin Ali bin Fadhel
Al-Mazandarani. Kapalnya
berlepas dari Tarfay di
Maroko pada zaman
Sultan Abu-Yacoub Sidi
Youssef (1286 – 1307) raja
keenam dalam dinasti
Marinid. Kapalnya
mendarat di pulau Green
di Laut Karibia pada
tahun 1291. Menurut Dr.
Morueh, catatan
perjalanan ini banyak
dijadikan referensi oleh
ilmuwan Islam.
Sultan-sultan dari
kerajaan Mali di Afrika
barat yang beribukota di
Timbuktu, ternyata juga
melakukan perjalanan
sendiri hingga ke benua
Amerika. Sejarawan
Chihab Addin Abul-Abbas
Ahmad bin Fadhl Al Umari
(1300 – 1384) memerinci
eksplorasi geografi ini
dengan seksama.
Timbuktu yang kini
dilupakan orang,
dahulunya merupakan
pusat peradaban,
perpustakaan dan
keilmuan yang maju di
Afrika. Ekpedisi perjalanan
darat dan laut banyak
dilakukan orang menuju
Timbuktu atau berawal
dari Timbuktu.
Sultan yang tercatat
melanglang buana hingga
ke benua baru saat itu
adalah Sultan Abu Bakari I
(1285 – 1312), saudara dari
Sultan Mansa Kankan
Musa (1312 – 1337), yang
telah melakukan dua kali
ekspedisi melintas Lautan
Atlantik hingga ke
Amerika dan bahkan
menyusuri sungai
Mississippi.
Sultan Abu Bakari I
melakukan eksplorasi di
Amerika tengah dan utara
dengan menyusuri sungai
Mississippi antara tahun
1309-1312. Para eksplorer
ini berbahasa Arab. Dua
abad kemudian,
penemuan benua Amerika
diabadikan dalam peta
berwarna Piri Re ’isi yang
dibuat tahun 1513, dan
dipersembahkan kepada
raja Ottoman Sultan Selim
I tahun 1517. Peta ini
menunjukkan belahan
bumi bagian barat,
Amerika selatan dan
bahkan benua Antartika,
dengan penggambaran
pesisiran Brasil secara
cukup akurat.
Sequoyah, also known as
George Gist Bukti lainnya
adalah, Columbus sendiri
mengetahui bahwa orang-
orang Carib (Karibia)
adalah pengikut Nabi
Muhammad. Dia faham
bahwa orang-orang Islam
telah berada di sana
terutama orang-orang dari
Pantai Barat Afrika.
Mereka mendiami Karibia,
Amerika Utara dan
Selatan. Namun tidak
seperti Columbus yang
ingin menguasai dan
memperbudak rakyat
Amerika. Orang-Orang
Islam datang untuk
berdagang dan bahkan
beberapa menikahi orang-
orang pribumi.
Lebih lanjut Columbus
mengakui pada 21
Oktober 1492 dalam
pelayarannya antara
Gibara dan Pantai Kuba
melihat sebuah masjid
(berdiri di atas bukit
dengan indahnya menurut
sumber tulisan lain).
Sampai saat ini sisa-sisa
reruntuhan masjid telah
ditemukan di Kuba,
Mexico, Texas dan
Nevada.
Dan tahukah anda? 2
orang nahkoda kapal yang
dipimpin oleh Columbus
kapten kapal Pinta dan
Nina adalah orang-orang
muslim yaitu dua
bersaudara Martin Alonso
Pinzon dan Vicente Yanex
Pinzon yang masih
keluarga dari Sultan
Maroko Abuzayan
Muhammad III (1362).
[THACHER,JOHN BOYD:
Christopher Columbus,
New York 1950]
Dan mengapa hanya
Columbus saja yang
sampai saat ini dikenal
sebagai penemu benua
amerika? Karena saat
terjadi pengusiran kaum
yahudi dari spanyol
sebanyak 300.000 orang
yahudi oleh raja
Ferdinand yang Kristen,
kemudian orang-orang
yahudi menggalang dana
untuk pelayaran
Columbus dan berita
‘ penemuan benua
Amerika’ dikirim pertama
kali oleh Christopher
Columbus kepada kawan-
kawannya orang Yahudi di
Spanyol.
Pelayaran Columbus ini
nampaknya haus publikasi
dan diperlukan untuk
menciptakan legenda
sesuai dengan ‘pesan
sponsor’ Yahudi sang
penyandang dana. Kisah
selanjutnya kita tahu
bahwa media massa dan
publikasi dikuasai oleh
orang-orang Yahudi yang
bahkan dibenci oleh
orang-orang seperti Henry
Ford si raja mobil Amerika
itu.
Maka tampak ada ketidak-
jujuran dalam menuliskan
fakta sejarah tentang
penemuan benua
Amerika. Penyelewengan
sejarah oleh orang-orang
Yahudi yang terjadi sejak
pertama kali mereka
bersama-sama orang
Eropa menjejakkan kaki
ke benua Amerika.
Dan tahukah anda?
sebenarnya laksam ana
Zheng He atau yang di
Indonesia lebih dikenal
dengan nama laksamana
Cheng Ho adalah penemu
benua amerika pertama,
sekitar 70 tahun sebelum
Columbus.
Sekitar 70 tahun sebelum
Columbus menancapkan
benderanya di daratan
Amerika, Laksamana
Zheng He sudah lebih
dulu datang ke sana. Para
peserta seminar yang
diselenggarakan oleh
Royal Geographical
Society di London
beberapa waktu lalu
dibuat terperangah.
Adalah seorang ahli kapal
selam dan sejarawan
bernama Gavin Menzies
dengan paparannya dan
lantas mendapat
perhatian besar.
Tampil penuh percaya diri,
Menzies menjelaskan
teorinya tentang
pelayaran terkenal dari
pelaut mahsyur asal Cina,
Laksamana Zheng He (kita
mengenalnya dengan
Ceng Ho-red). Bersama
bukti-bukti yang
ditemukan dari catatan
sejarah, dia lantas
berkesimpulan bahwa
pelaut serta navigator
ulung dari masa dinasti
Ming itu adalah penemu
awal benua Amerika, dan
bukannya Columbus.
Bahkan menurutnya,
Zheng He ‘mengalahkan’
Columbus dengan rentang
waktu sekitar 70 tahun.
Apa yang dikemukakan
Menzies tentu membuat
kehebohan lantaran
masyarakat dunia selama
ini mengetahui bahwa
Columbus-lah si penemu
benua Amerika pada
sekitar abad ke-15.
Pernyataan Menzies ini
dikuatkan dengan
sejumlah bukti sejarah.
Adalah sebuah peta
buatan masa sebelum
Columbus memulai
ekspedisinya lengkap
dengan gambar benua
Amerika serta sebuah
peta astronomi milik
Zheng He yang
dosodorkannya sebagai
barang bukti itu. Menzies
menjadi sangat yakin
setelah meneliti akurasi
benda-benda bersejarah
itu.
Cherokee
syllabary ”Laksana inilah
yang semestinya
dianugerahi gelar sebagai
penemu pertama benua
Amerika, ” ujarnya.
Menzies melakukan kajian
selama lebih dari 14
tahun. Ini termasuk
penelitian peta-peta kuno,
bukti artefak dan juga
pengembangan dari
teknologi astronomi
modern seperti melalui
program software Starry
Night.
Dari bukti-bukti kunci
yang bisa mengubah alur
sejarah ini, Menzies
mengatakan bahwa
sebagian besar peta
maupun tulisan navigasi
Cina kuno bersumber
pada masa pelayaran
Laksamana Zheng He.
Penjelajahannya hingga
mencapai benua Amerika
mengambil waktu antara
tahun 1421 dan 1423.
Sebelumnya armada kapal
Zheng He berlayar
menyusuri jalur selatan
melewati Afrika dan
sampai ke Amerika
Selatan.
Uraian astronomi
pelayaran Zheng He kira-
kira menyebut, pada larut
malam saat terlihat
bintang selatan sekitar
tanggal 18 Maret 1421,
lokasi berada di ujung
selatan Amerika Selatan.
Hal tersebut kemudian
direkonstruksi ulang
menggunakan software
Starry Night dengan
membandingkan peta
pelayaran Zheng He.
“Saya memprogram Starry
Night hingga masa di
tahun 1421 serta bagian
dunia yang diperkirakan
pernah dilayari ekspedisi
tersebut, ” ungkap Menzies
yang juga ahli navigasi
dan mantan komandan
kapal selam angkatan laut
Inggris ini. Dari sini, dia
akhirnya menemukan dua
lokasi berbeda dari
pelayaran ini berkat
catatan astronomi
(bintang) ekspedisi Zheng
He.
Lantas terjadi pergerakan
pada bintang-bintang ini,
sesuai perputaran serta
orientasi bumi di angkasa.
Akibat perputaran bumi
yang kurang sempurna
membuat sumbu bumi
seolah mengukir lingkaran
di angkasa setiap 26 ribu
tahun. Fenomena ini, yang
disebut presisi, berarti
tiap titik kutub membidik
bintang berbeda selama
waktu berjalan. Menzies
menggunakan software
untuk merekonstruksi
posisi bintang-bintang
seperti pada masa tahun
1421.
“Kita sudah memiliki peta
bintang Cina kuno namun
masih membutuhkan
penanggalan petanya, ”
kata Menzies. Saat sedang
bingung memikirkan
masalah ini, tiba-tiba
ditemukanlah
pemecahannya. “Dengan
kemujuran luar biasa,
salah satu dari tujuan
yang mereka lalui, yakni
antara Sumatra dan
Dondra Head, Srilanka,
mengarah ke barat. ”
Bagian dari pelayaran
tersebut rupanya sangat
dekat dengan garis
katulistiwa di Samudera
Hindia. Adapun Polaris,
sang bintang utara, dan
bintang selatan Canopus,
yang dekat dengan lintang
kutub selatan, tercantum
dalam peta. “Dari situ,
kita berhasil menentukan
arah dan letak Polaris.
Sehingga selanjutnya kita
bisa memastikan masa
dari peta itu yakni tahun
1421, plus dan minus 30
tahun.”
Sequoyah Atas temuan
tersebut, Phillip Sadler,
pakar navigasi dari
Harvard-Smithsonian
Center for Astrophysics,
mengatakan perkiraan
dengan menggunakan
peta kuno berdasarkan
posisi bintang amatlah
dimungkinkan. Dia juga
sepakat bahwa estimasi
waktu 30 tahun, seperti
dalam pandangan
Menzies, juga masuk akal.
Selama ini, masyarakat
dunia mengetahui kiprah
Zheng He sebagai
penjelajah ulung. Dia
terlahir di Kunyang, kota
yang berada di sebelah
barat daya Propinsi
Yunan, pada tahun 1371.
Keluarganya yang
bernama Ma, adalah
bagian dari warga
minoritas Semur. Mereka
berasal dari kawasan Asia
Tengah serta menganut
agama Islam.
Ayah dan kakek Zheng He
diketahui pernah
mengadakan perjalanan
haji ke Tanah Suci
Makkah. Sementara Zheng
He sendiri tumbuh besar
dengan banyak
mengadakan perjalanan
ke sejumlah wilayah. Ia
adalah Muslim yang taat.
Yunan adalah salah satu
wilayah terakhir
pertahanan bangsa
Mongol, yang sudah ada
jauh sebelum masa dinasti
Ming. Pada saat pasukan
Ming menguasai Yunan
tahun 1382, Zheng He
turut ditawan dan dibawa
ke Nanjing. Ketika itu dia
masih berusia 11 tahun.
Zheng He pun dijadikan
sebagai pelayan putra
mahkota yang nantinya
menjadi kaisar bernama
Yong Le. Nah kaisar inilah
yang memberi nama
Zheng He hingga akhirnya
dia menjadi salah satu
panglima laut paling
termashyur di dunia.
terselubung
0 comments:
Post a Comment
Subscribe by email
Comment as:
Sign out
Post Comment
Preview
Home
Newer Post Old

1 komentar:

Faril mengatakan...

banyak juga petualng Islam yang telah berlayar jauh...menemukan benua yang asing dan menyingsingkan kabut penyamar penglihatan..
aku juga pernah membaca artikel bahwa saat COlumbus bejalan2 di benua Amerika, beliau menemukan beberapa makam pemeluk Islam..
harusnya dunia mengakui dan mengubah semua sejarah yang menyebut Columbus sebagai penemu benua Amerika..

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan sopan

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls