Minggu, 15 Agustus 2010

Masyarakat ASdan peringatan 11 nov dengan bakar quran


Nurcholish
INILAH.COM, Jakarta
Amerika boleh saja
mengklaim sebagai negara
pluralis yang menjunjung
keragaman keyakinan
agama, suku, dan ras.
Amerika boleh saja
mengampanyekan sebagai
negara yang
masyarakatnya berpikiran
cerdas, maju, dan modern.
Kenyataannya, masyarakat
Amerika Serikat lebih
picik, licik dan cetek
pemahamannya
ketimbang kelompok
penentang Ahmadiyah di
Indonesia.
Lihatlah cara-cara
provokatif sekelompok
rasialis yang berlindung di
balik kesucian Gereja
Dove World Outreach
Center di Gainesville,
Florida, California. Setelah
menyebarkan pesan
kebencian lewat kaos
bertuliskan "Islam Is Of
The Devil" (Islam Bagian
Dari Setan), mereka
melancarkan kampanye
baru yang lebih provokatif
dan sangat sensitif karena
langsung menyerang
jantung dan urat nadi
Islam, yakni Al Quran.
Kelompok tersebut tengah
gencar menyerukan agar
warga Amerika Serikat
membakar Al-Quran pada
11 September nanti.
Momentumnya bertepatan
dengan peringatan
sembilan tahun serangan
teroris terhadap menara
kembar Worl Trade Center
di Manhattan, New York,
dan Pentagon, markas
Departemen Pertahanan
AS di Washington DC.
Mereka mengampanyekan
gerakan "International
Burn a Koran Day" (Hari
internasional membakar
Al-Quran) itu melalui
sejumlah situs sosial di
jagat maya seperti
Facebook dan YouTube.
Kampanye hari
internasional membakar
Al-Quran juga dilancarkan
via situs berbagi video
YouTube oleh pendeta
Wayne Sapp. Tentu saja,
seperti dilansir CNN, aksi
yang digalang Pastor Terry
Jones itu tidak
mencerminkan sikap
masyarakat Amerika
secara keseluruhan.
Apalagi, gerakan anti-
Islam mereka di Facebook
yang dibuat Jones hanya
memiliki sekitar 1.600
penggemar. Jumlah
tersebut kalah dari
penggemar kelompok
tandingan untuk melawan
intoleransi terhadap kaum
muslim yang anggotanya
mencapai 3.100.
Kecaman datang dari
Asosiasi Nasional
Evangelis yang terbesar di
AS mendesak gereja
menghentikan provokasi
mereka. Peringatan
tragedi 11 September yang
dibarengi pembakaran Al
Quran bisa memicu
ketegangan Islam-Kristen
di seluruh dunia.
"Mari kita
mengembangkan
hubungan saling percaya
dan menghormati
pemeluk agama lain. Kita
semua ciptaan-Nya,"
demikian sikap Asosiasi
Nasional Evangelis.
Council on American-
Islamic Relations
menyerukan umat Islam
Amerika merespons
rencana gila gereja Florida
itu dengan kampanye
pendidikan 'Berbagi Al-
Quran' pada acara
berbuka puasa bersama di
bulan Ramadhan nanti.
Mereka akan membagikan
Al Quran kepada
masyarakat dan aparat
agar mereka tahu ajaran
Islam yang sebenarnya,
yakni perdamaian dan
kesejahteraan penghuni
bumi beserta isinya.
Gerakan yang dimotori
gereja di Florida itu
mengingatkan pada
kampanye provokatif
kartun Nabi Muhammad
atau film yang
melecehkan martabat
Nabi dan ummat Islam.
Kampanye tersebut
memicu ketegangan di
seantero dunia.
Di Belanda, sineas Theo
van Gogh meregang
nyawa di jalanan
Amsterdam pada 2
November 2004. Saudara
jauh pelukis abad ke-19
Vincent Van Gogh itu
dinilai menghina Islam
lewat film pendeknya,
Submission, yang
menampilkan perempuan
telanjang bertaburkan
ayat Al Quran di
tubuhnya.
Pembunuhnya,
Mohammed Bouyeri,
divonis hukuman
maksimal, yakni penjara
seumur. Tewasnya Van
Gogh sempat memicu aksi
balasan berupa teror dan
pembakaran sekolah Islam
serta masjid.
Sikap masyarakat Eropa
dan Amerika yang
provokatif sangat ironis
dengan klaim mereka
sebagai masyarakat
modern nan pluralis dan
toleran. Ketika Kejaksaan
Agung melarang tujuh
buku beredar, Barat
merespons dengan
kecaman yang tidak
proporsional.
Kalau mereka fair dan
tidak berstandar ganda,
harusnya provokasi
pembakaran Al-Quran
memicu respons yang
lebih keras. Karena, yang
dikampanyekan untuk
dibakar bukan sekadar
buku biasa melainkan
Kitab Suci.
Kampanye pembakaran Al
Quran seperti menabuh
genderang perang dan
menyulut radikalisme.
Kalau pembakaran itu
terjadi, jutaan manusia
akan memenuhi panggilan
perang suci, tidak peduli
mereka harus mati. Justru
banyak yang akan mencari
mati di perang suci. Coba
bayangkan apa yang akan
terjadi?
Baru-baru ini, masalah
Ahmadiyah kembali
mencuat. Bentrok massa
yang ingin membubarkan
kelompok Ahmadiyah
terjadi di Desa Manis Lor,
Kecamatan Jalaksana,
Kuningan, Jawa Barat,
pekan lalu. Kejadian
serupa sering terjadi tidak
hanya di Kuningan tetapi
juga di daerah lain. Tidak
jarang, massa yang emosi
merusak masjid dan
musholla kelompok
Ahmadiyah.
Bagaimanapun sesatnya,
mereka manusia yang
sama-sama berhak
menghuni bumi ini.
Mereka tidak layak
diperangi secara fisik,
kecuali jika keberadaan
mereka mengancam hidup
dan kehidupan orang lain.
Kalau mereka dianggap
sesat, beri pencerahan.
Jangankan manusia,
Tuhan pun yang Maha
Segala-galanya- tidak
pernah memaksa manusia.
Semua utusan Tuhan pun
hanya membawa satu
misi: pencerahan ummat
manusia dan sekadar
memberikan peringatan
dengan cara-cara yang
penuh kebajikan nan
bijak.
Sebaliknya kalau ingin
tetap eksis, kelompok
Ahmadiyah perlu
mendeklarasikan sebagai
agama atau aliran
kepercayaan tersendiri.
INILAH.COM

1 komentar:

Faril mengatakan...

sedikit ralat..judul artikel ini sepertinya ada kesalahan..
harusnya 11 Sepetember, bukan 11 Nov..
terimakasih atas perhatiannya

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan sopan

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls