Jumat, 01 Oktober 2010

Benarkah IndonesiaLokasi Atlantis


MUSIBAH alam beruntun
dialami Indonesia. Mulai
dari tsunami di Aceh
hingga yang mutakhir
semburan lumpur panas
di Jawa Timur. Hal itu
mengingatkan kita pada
peristiwa serupa di
wilayah yang dikenal
sebagai Benua Atlantis.
Apakah ada hubungan
antara Indonesia dan
Atlantis?
Plato (427 - 347 SM)
menyatakan bahwa
puluhan ribu tahun lalu
terjadi berbagai letusan
gunung berapi secara
serentak, menimbulkan
gempa, pencairan es, dan
banjir. Peristiwa itu
mengakibatkan sebagian
permukaan bumi
tenggelam. Bagian itulah
yang disebutnya benua
yang hilang atau Atlantis.
Penelitian mutakhir yang
dilakukan oleh Aryso
Santos, menegaskan
bahwa Atlantis itu adalah
wilayah yang sekarang
disebut Indonesia. Setelah
melakukan penelitian
selama 30 tahun, ia
menghasilkan buku
Atlantis, The Lost
Continent Finally Found,
The Definitifve
Localization of Plato's Lost
Civilization (2005). Santos
menampilkan 33
perbandingan, seperti luas
wilayah, cuaca, kekayaan
alam, gunung berapi, dan
cara bertani, yang
akhirnya menyimpulkan
bahwa Atlantis itu adalah
Indonesia. Sistem
terasisasi sawah yang khas
Indonesia, menurutnya,
ialah bentuk yang
diadopsi oleh Candi
Borobudur, Piramida di
Mesir, dan bangunan
kuno Aztec di Meksiko.
Bukan kebetulan ketika
Indonesia pada tahun
1958, atas gagasan Prof.
Dr. Mochtar
Kusumaatmadja melalui
UU no. 4 Perpu tahun
1960, mencetuskan
Deklarasi Djoeanda. Isinya
menyatakan bahwa
negara Indonesia dengan
perairan pedalamannya
merupakan kesatuan
wilayah nusantara. Fakta
itu kemudian diakui oleh
Konvensi Hukum Laut
Internasional 1982.
Merujuk penelitian Santos,
pada masa puluhan ribu
tahun yang lalu wilayah
negara Indonesia
merupakan suatu benua
yang menyatu. Tidak
terpecah-pecah dalam
puluhan ribu pulau seperti
halnya sekarang.
Santos menetapkan
bahwa pada masa lalu itu
Atlantis merupakan benua
yang membentang dari
bagian selatan India, Sri
Lanka, Sumatra, Jawa,
Kalimantan, terus ke arah
timur dengan Indonesia
(yang sekarang) sebagai
pusatnya. Di wilayah itu
terdapat puluhan gunung
berapi yang aktif dan
dikelilingi oleh samudera
yang menyatu bernama
Orientale, terdiri dari
Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik.
Teori Plato menerangkan
bahwa Atlantis
merupakan benua yang
hilang akibat letusan
gunung berapi yang
secara bersamaan
meletus. Pada masa itu
sebagian besar bagian
dunia masih diliput oleh
lapisan-lapisan es (era
Pleistocene). Dengan
meletusnya berpuluh-
puluh gunung berapi
secara bersamaan yang
sebagian besar terletak di
wilayah Indonesia (dulu)
itu, maka tenggelamlah
sebagian benua dan
diliput oleh air asal dari es
yang mencair. Di
antaranya letusan gunung
Meru di India Selatan dan
gunung Semeru di Jawa
Timur. Lalu letusan
gunung berapi di
Sumatera yang
membentuk Danau Toba
dengan pulau Somasir,
yang merupakan puncak
gunung yang meletus
pada saat itu. Letusan
yang paling dahsyat di
kemudian hari adalah
gunung Krakatau
(Krakatoa) yang memecah
bagian Sumatera dan Jawa
dan lain-lainnya serta
membentuk selat dataran
Sunda.
Atlantis berasal dari
bahasa Sanskrit Atala,
yang berarti surga atau
menara peninjauan
(watch tower), Atalaia
(Potugis), Atalaya
(Spanyol). Plato
menegaskan bahwa
wilayah Atlantis pada saat
itu merupakan pusat dari
peradaban dunia dalam
bentuk budaya, kekayaan
alam, ilmu/teknologi, dan
lain-lainnya. Plato
menetapkan bahwa letak
Atlantis itu di Samudera
Atlantik sekarang. Pada
masanya, ia bersikukuh
bahwa bumi ini datar dan
dikelilingi oleh satu
samudera (ocean) secara
menyeluruh. Ocean
berasal dari kata Sanskrit
ashayana yang berarti
mengelilingi secara
menyeluruh. Pendapat itu
kemudian ditentang oleh
ahli-ahli di kemudian hari
seperti Copernicus, Galilei-
Galileo, Einstein, dan
Stephen Hawking.
Santos berbeda dengan
Plato mengenai lokasi
Atlantis. Ilmuwan Brazil it
berargumentasi, bahwa
pada saat terjadinya
letusan berbagai gunung
berapi itu, menyebabkan
lapisan es mencair dan
mengalir ke samudera
sehingga luasnya
bertambah. Air dan
lumpur berasal dari abu
gunung berapi tersebut
membebani samudera dan
dasarnya, mengakibatkan
tekanan luar biasa kepada
kulit bumi di dasar
samudera, terutama pada
pantai benua. Tekanan ini
mengakibatkan gempa.
Gempa ini diperkuat lagi
oleh gunung-gunung yang
meletus kemudian secara
beruntun dan
menimbulkan gelombang
tsunami yang dahsyat.
Santos menamakannya
Heinrich Events.
Dalam usaha
mengemukakan pendapat
mendasarkan kepada
sejarah dunia, tampak
Plato telah melakukan
dua kekhilafan, pertama
mengenai bentuk/posisi
bumi yang katanya datar.
Kedua, mengenai letak
benua Atlantis yang
katanya berada di
Samudera Atlantik yang
ditentang oleh Santos.
Penelitian militer Amerika
Serikat di wilayah Atlantik
terbukti tidak berhasil
menemukan bekas-bekas
benua yang hilang itu.
Oleh karena itu tidaklah
semena-mena ada
peribahasa yang berkata,
"Amicus Plato, sed magis
amica veritas."
Artinya,"Saya senang
kepada Plato tetapi saya
lebih senang kepada
kebenaran."
Namun, ada beberapa
keadaan masa kini yang
antara Plato dan Santos
sependapat. Yakni
pertama, bahwa lokasi
benua yang tenggelam itu
adalah Atlantis dan oleh
Santos dipastikan sebagai
wilayah Republik
Indonesia. Kedua, jumlah
atau panjangnya mata
rantai gunung berapi di
Indonesia. Di antaranya
ialah Kerinci, Talang,
Krakatoa, Malabar,
Galunggung, Pangrango,
Merapi, Merbabu, Semeru,
Bromo, Agung, Rinjani.
Sebagian dari gunung itu
telah atau sedang aktif
kembali
http://atlantis-lemuria-
indonesia.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan sopan

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls