ILMU
pengetahuan
tak hanya
menegaskan
segala hal
yang
terlihat
secara fisik. Sebab,
penelitian terbaru
mengungkap fenomena
jatuh cinta.
Menurut penelitian yang
dipimpin Dr Stephanie
Ortigue dari Universitas
Syracuse, cinta
sebenarnya dapat terjadi
pada pandangan pertama,
dan hal itu terjadi hanya
dalam seperlima detik.
Ortigue menjelaskan,
perasaan romantis berasal
tidak dalam hati, tetapi di
otak, yang bereaksi
terhadap romansa yang
seolah-olah dipengaruhi
oleh kokain.
Ketika Anda jatuh cinta,
12 bagian otak
bersinkronisasi untuk
melepaskan bahan kimia
mengandung perasaan
"bahagia", seperti
oksitosin, dopamine, dan
adrenalin. Seperti ramuan
cinta yang dibuat oleh
otak, bahan kimia ini
menyebabkan perasaan
euforia di pusat-pusat
kognitif otak yang
mengelola metafora,
pemahaman bahasa,
pemrosesan visual, dan
citra tubuh. Seluruh
proses terjadi sangat
cepat. Demikian seperti
dikutip dari Your Tango,
Rabu (27/10/2010).
Meskipun kita tidak
terkejut melihat
bagaimana otak bereaksi
terhadap romansa,
gagasan cinta sesaat alias
cinta pertama masih
membingungkan.
Bagaimana dengan orang
yang bertemu secara
online? Proses jatuh cinta
dengan seseorang yang
Anda temui di situs
kencan sering memakan
waktu lama, karena sulit
untuk mengukur daya
tarik fisik sebelum Anda
bertemu langsung.
Mungkin batas antara
cinta pada pandangan
pertama dan cinta yang
tumbuh dari waktu ke
waktu terletak pada titik
realisasi. Gairah mungkin
baru datang setelah
keduanya bertemu, meski
euforia kebahagiaan
terlihat mencolok.
Apapun masalahnya,
temuan Ortigue
berimplikasi besar pada
kasus patah hati dan
kesehatan mental. Cinta
dapat terjadi pada
pandangan pertama,
namun butuh lama untuk
merasakan cinta lebih
dalam. Dengan
mengetahui bagaimana
otak menangani cinta,
konselor dan psikolog
lebih siap untuk
membantu klien
memahami reaksi mereka
terhadap patah hati.
Diharapkan, penelitian
juga dapat berkontribusi
untuk terapi baru
menangani cinta yang
hilang.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan sopan