Minggu, 12 September 2010
Legenda SunGoKong
15.07
Zaenaru シエル
No comments
Kera Sakti mungkin sudah
tiada..tetapi..maknanya
serta jalan ceritanya tetap
membekas bagi setiap org
yg masih menghargai
salah satu kisah yg sangat
spektakuler tersebut
4 agan2..ini sekilas ajah
ttg SunGoKong..mungkin
bisa review lagii..hehehe
cekidot !!!
Nama Sun Go Kong bagi
masyarakat kita sudah
tidak asing lagi. Sebuah
stasiun televisi swasta
pernah menayangkan film
serial “Kera Sakti” ini
sampai berulang-ulang.
Sun Go Kong dikenal
karena kesaktiannya
melawan segala jenis
siluman. Selain dia, tokoh
sentral lainnya dalam film
ini adalah biksu Tong
yang selalu
mengendalikannya selama
perjalanannya ke Barat
mencari kitab suci.
Pertanyaannya, apakah
tokoh Hsuan-tsang yang
dalam cerita serial “Kera
Sakti” terkenal sebagai
biksu Tong itu benar-
benar pernah hidup di
Tiongkok? Dari beberapa
literatur yang ada
menunjukkan bahwa
tokoh Hsuan-tsang ini
adalah seorang biksu yang
ditasbihkan pada umur 13
tahun dan hidup di
Tiongkok sekitar tahun
602-664, dikenal juga
dengan nama aslinya
Chen-I, mendapatkan
gelar San-Tsang atau Mu-
Ch ’a-T’i-P’o (Moksadeva)
atau Yuan-tsang (di
Jepang dikenal dengan
nama Genjo). Beliau
tercatat sebagai biksu dan
penziarah dari Tiongkok
yang terbesar sepanjang
sejarah dan hidup pada
masa Dinasti Tang
(618-907), yang
menunggang kuda
melakukan perjalanan ke
India melewati Himalaya
selama 4 tahun perjalanan
(dalam usia 23 tahun).
Beliau sempat tinggal
selama 10 tahun di India
untuk mempelajari dan
menerjemahkan berbagai
kitab Sansekerta Tripitaka
ke dalam bahasa China,
dan kembali ke Tiongkok
pada tahun 645 dengan
membawa pulang 658 teks
agama Buddha dan
berbagai sutra Mahayana.
Karya terjemahannya dan
juga tulisan perjalanannya
ke Asia Tengah dan India
yang penuh dengan data
yang akurat merupakan
suatu fakta sejarah tak
ternilai bagi para
sejarawan dan arkeologis
saat ini. Nama beliau
dapat disejajarkan dengan
para sesepuh Mahayana
(Tripitaka Master) seperti
Mahadeva, Asvaghosa,
Nagarjuna, Atisa,
Vasubandhu,
Bodhidharma, Shanti-
Deva, Asanga, Arya-Deva,
Tao-An, Kumarajiva, Kobo-
Daishi termasuk
Buddhaghosa (Theravada).
Mengembara ke India
Terlahir dalam keluarga
cendekiawan turun-
temurun yang menganut
paham Confucianis di
mana atas pengaruh
kakaknya yang
menyenangi agama
Buddha, akhirnya mereka
berdua melakukan
perjalanan ke Ch ’ang-an
dan kemudian ke Ssu-
ch ’uan (sekarang
Szechwan) guna
menghindari konflik
politik yang terjadi.
Semasa berada di Ssu-
ch ’uan, Hsuan-tsang mulai
mempelajari filosofi
Buddhis tetapi
menemukan banyak sekali
perbedaan dan
kontradiksi dari berbagai
kitab yang dibacanya.
Karena tidak menemukan
jawaban yang memuaskan
dari gurunya, akhirnya
beliau memutuskan untuk
pergi ke India.
Hsuan-tsang muda
melakukan perjalanan ke
utara di Padang Pasir
Takla Mak ’an melewati
sumber mata air Turfan,
Karashar, Kucha, Tashkent
dan Samarkand untuk
kemudian memasuki
Gerbang Besi Bactria,
melewati pegunungan
Hindu Kush sampai ke
Kapisha, Gandhara, dan
Kashmir di sebelah
Tenggara India. Dari sana
beliau menaiki perahu
menjelajahi sepanjang
Sungai Gangga sampai ke
Mathura, dan mencapai
tanah suci agama Buddha
di bagian timur Sungai
Gangga pada 633. Hsuan-
tsang mulai mengunjungi
berbagai tempat keramat
yang berkaitan dengan
kehidupan sang Buddha di
sepanjang sungai Timur
sampai Barat.
Kemudian sebagian besar
waktunya dihabiskan di
Nalanda (pimpinan
universitas saat itu adalah
Silabhadra yang bergelar
‘ Mustika Kebenaran’) yang
merupakan satu-satunya
pusat pengkajian Buddha
yang terbesar saat itu
(Nagarjuna juga mulai
mempelajari Buddha dari
sana). Hsuan-tsang muda
mempelajari bahasa
Sansekerta, filsafat
Buddhis dan filsafat India.
Sewaktu berada di India,
Hsuan-tsang terkenal akan
kecendekiawanannya,
sehingga raja yang
berkuasa di India bagian
utara, Raja Harsa
menemui secara pribadi
untuk memberikan
penghargaan kepadanya.
Akhirnya dengan bantuan
dari Raja Harsa, beliau
dapat menyelesaikan
tugasnya dan kembali ke
Tiongkok (tahun 643)
dengan fasilitas yang
disediakan oleh Raja
berupa 20 ekor kuda yang
membawa 527 peti
naskah.
Kembali ke Tiongkok
Hsuan-tsang kembali ke
Ch ’ang-an (ibu kota
negara T’ang) pada 645
setelah meninggalkan
negaranya selama 16
tahun. Beliau disambut
dengan meriah di ibu kota
dan beberapa hari
kemudian di depan
khalayak ramai, Raja
menawarkan posisi
menteri di pemerintahan
dengan pertimbangan
bahwa Hsuan-tsang
mempunyai pengalaman
luas di berbagai negara
asing. Namun terdorong
oleh niatnya yang besar
untuk mengabdi dalam
Buddha, beliau menolak
secara halus penawaran
Raja tsb. Hsuan-tsang
menghabiskan sisa
waktunya dengan
menerjemahkan sekitar
657 naskah yang dikemas
dalam 520 peti (literatur
lain menuturkan 527 peti)
yang dibawanya kembali
dari India.
Beliau menyelesaikan 73
naskah (literatur lain
menyebutkan 75 naskah)
yang terbagi atas 1,330
bagian, di mana sebagian
besar merupakan rujukan
utama dalam Tripitaka
Mahayana seperti
Prajnaparamita Hrdaya
Sutra, naskah Yogacara,
Madhyamaka dan naskah
Vasubandhu yakni
Trimsika atau dikenal juga
dengan nama
Vijnaptimatrasiddhi. Selain
itu terdapat juga naskah
dari sejumlah sekte
lainnya seperti dari
Hinayana, Theravada,
Vinaya, Mahasanghika dan
Risalah, termasuk naskah
pengetahuan umum dan
naskah tata bahasa.
Pokok-pokok Pikirannya
Karya Hsuan-tsang lebih
berdasarkan filsafat
ajaran Yogacara
(Vijnanavada/Wei-shih
cung) yang dikembangkan
oleh Asanga dan
Vasabhandhu, di mana
bersama dengan muridnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan sopan