 Sebentar lagi impian manusia untuk bisa mengetahui masa depan  atau keinginannya untuk kilas balik ke masa silamnya bakal segera  terwujud melalui fakta-fakta dan kejadian yang pernah dialami  manusia, juga melalui penjelasan ilmiah tentunya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Dan persiapan apa yang akan kita lakukan untuk  menembus mesin waktu ala doraemon tersebut? Waktu menurut Al Qur’an adalah relatif sebagaimana firmannya “ Dia mengatur urusan langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik  kepadanya-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah  seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS As Sajdah: 5). Hal ini  sejalan dengan keilmuan yang dibangun Einstein dalam teori  relativitasnya bahwa waktu tak bisa bersifat absolut melainkan  relatif. Kenyataan inilah yang mengundang fakta menakjubkan  berupa kisah-kisah abadi di dalam Al Qur’an, seperti kisah tujuh penghuni  gua ataupun kisah Isra’ Mirajnya Rasulullah dari Masjidil Haram, ke  Masjidil Aqsa hingga ke langit shaf tujuh dalam satu malam.  Pelajaran ilmiah yang dapat kita petik adalah, waktu sama sekali  tak terikat ruang. Seseorang yang seharusnya kelihatan tua pada  sepuluh tahun mendatang tidak mesti kelihatan tua jika Ia  mengalami satu keajaiban tertentu berupa fenomena aneh yang  sampai kini masih terus diselidiki oleh para ahli. Baiklah, sebelum kita membuka itu semua kita tarik contoh-contoh  kejadian yang tidak terikat ruang dan waktu. Al Qur’an  mengisahkan tentang tujuh orang beriman yang dikejar-kejar oleh  raja lalim kemudian sampai bersembunyi di sebuah gua. Sesampai di  gua Ia terserang kantuk yang luar biasa kemudian tertidur pulas.  Sementara di luar berjaga seekor anjing yang setia menemani.  Entah sampai berapa lama mereka tidur, begitu bangun mereka  mendapati perut mereka sangat lapar dan mereka membutuhkan  makanan. Maka diambillah beberapa koin uang untuk membeli nasi,  hingga terus berhati-hati jangan sampai mata-mata raja lalim itu  mengawasi. Begitu keluar dari pintu gua, Ia mendapati anjingnya  telah menjadi tulang belulang, kemudian uang yang dipergunakan  untuk berbelanja nasi sudah tidak laku lagi, bahkan konon sudah  kadaluarsa selama 309  tahun yang lalu. Anehnya meski mereka  telah tertidur selama ratusan tahun mereka tidak mengalami  ketuaan, keriput dan tanda-tanda alam lainnya yang  memperlihatkan mereka telah melewati bentangan waktu yang  sedemikian lama. Itu fakta pertama. Fakta kedua, kejadian Isra’ Miraj, dimana Rasulullah pernah  diperjalankan oleh Allah dengan menembus Sidratul Muntaha— langit shaf ke tujuh dalam satu malam. Adalah sangat mustahil dan  tak mungkin terjadi. Logika manapun tak mungkin membenarkan  kejadian itu, tetapi Al Qur’an yang tak mungkin terbantah  kebenarannya menceritakan itu dengan sangat gamblang. Bagaimana itu bisa terjadi? Dalam sejarah yang pernah kita baca kita tentu tahu, ada  seseorang, kapal-kapal, pesawat terbang dan lain-lain sebagainya  yang hilang secara misterius seperti yang sering kita dengar di  perairan Segitiga Bermuda, sebenarnya adalah masuk ke dalam  lorong waktu yang misterius ini. Dalam penyelidikannya terhadap lorong waktu, John Buckally  mengemukakan teori hipotesanya sebagai berikut. Pertama, obyektifitas keberadaan lorong waktu adalah bersifat  kematerialan, tidak terlihat, tidak dapat disentuh, tertutup untuk  dunia fana kehidupan umat manusia, namun tidak mutlak, karena  terkadang ia akan membukanya. Kedua, lorong waktu dengan dunia manusia bukanlah suatu sistem  waktu, setelah memasuki seperangkat sistem waktu, ada  kemungkinan kembali ke masa lalu yang sangat jauh, atau  memasuki masa depan, karena di dalam lorong waktu tersebut,  waktu dapat bersifat searah maupun berlawanan arah, bisa  bergerak lurus juga bisa berbalik, dan bahkan bisa diam membeku. Ketiga, terhadap dunia fana (ruang fisik kita) di bumi, jika  memasuki lorong waktu, berarti hilang secara misterius, dan jika  keluar dari lorong waktu itu, maka artinya adalah muncul lagi  secara misterius. Disebabkan lorong waktu dan bumi bukan  merupakan sebuah sistem waktu, dan karena waktu bisa diam  membeku, maka meskipun telah hilang selama 3  tahun, 5  tahun,  bahkan 30  atau 50  tahun, waktunya sama seperti dengan satu atau  setengah hari, karena hakikatnya kita tidak berada dalam lingkaran waktu tersebut. Partikel Ghaib Terhadap fenomena waktu yang tidak tergantung ruang ini sekali  lagi ilmuwan punya penemuan yang unik para ilmuwan sudah  menemukan partikel gaib yang terdapat di alam semesta yang  bahkan jauh lebih cepat dibanding dengan kecepatan cahaya, dalam  penelitiannya para ilmuwan mendapati  ketika pesawat antariksa  melewati gravitasi, gaya tarik medan gravitasi diubah menjadi  tenaga pendorong, maka dalam waktu itu, pesawat antariksa bisa  terbang dengan kecepatan cahaya bahkan dengan kecepatan cahaya ultra. Penjelasan Ilmiah Isra’ Miraj Barangkali inilah yang menjadi rahasia dari peristiwa Isra’ Miraj  menjadi sangat ilmiah, sebagaimana yang diungkapkan Agus  Mustofa dalam bukunya Terpesona Sidratul Muntaha, bahwa  partikel atau zat yang mensukseskan Rasulullah menembus langit  ketujuh adalah sejenis eter sebagai zat pembawa sekaligus  perantara daya elektromagnetik. Eter adalah udara yang ringan  sekali, lebih ringan dari udara yang dihirup oleh manusia: O2 Menurut Ilmu Metafisika, Rasul naik ke ruang angkasa melakukan  perjalanan Mi’rajnya tentu membutuhkan zat pembawa yang lebih  halus dari jiwa atau rohaninya. Oleh karena itu, makhluk hidup yang memiliki dua jasad: jasmani dan rohani, maka diperlukan zat  pembawa yang lebih halus dari rohani itu sendiri dan mampu  mengangkat jasmani Rasul sekaligus, zat ini adalah malaikat jibril  dan sebuah kendaraan bernama buraq yang konon lebih cepat dari  kecepatan cahaya. Dari sini mungkin kita baru paham bahwa buraq  dan malaikat jibril tentunya lebih cepat dari cahaya dengan  demikian tidak terikat oleh waktu atau berada dalam sistem waktu  yang berlaku, jadi akan berapa harikah perjalanan sejauh apapun,  hal ini tetaplah mungkin
Sebentar lagi impian manusia untuk bisa mengetahui masa depan  atau keinginannya untuk kilas balik ke masa silamnya bakal segera  terwujud melalui fakta-fakta dan kejadian yang pernah dialami  manusia, juga melalui penjelasan ilmiah tentunya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Dan persiapan apa yang akan kita lakukan untuk  menembus mesin waktu ala doraemon tersebut? Waktu menurut Al Qur’an adalah relatif sebagaimana firmannya “ Dia mengatur urusan langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik  kepadanya-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah  seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS As Sajdah: 5). Hal ini  sejalan dengan keilmuan yang dibangun Einstein dalam teori  relativitasnya bahwa waktu tak bisa bersifat absolut melainkan  relatif. Kenyataan inilah yang mengundang fakta menakjubkan  berupa kisah-kisah abadi di dalam Al Qur’an, seperti kisah tujuh penghuni  gua ataupun kisah Isra’ Mirajnya Rasulullah dari Masjidil Haram, ke  Masjidil Aqsa hingga ke langit shaf tujuh dalam satu malam.  Pelajaran ilmiah yang dapat kita petik adalah, waktu sama sekali  tak terikat ruang. Seseorang yang seharusnya kelihatan tua pada  sepuluh tahun mendatang tidak mesti kelihatan tua jika Ia  mengalami satu keajaiban tertentu berupa fenomena aneh yang  sampai kini masih terus diselidiki oleh para ahli. Baiklah, sebelum kita membuka itu semua kita tarik contoh-contoh  kejadian yang tidak terikat ruang dan waktu. Al Qur’an  mengisahkan tentang tujuh orang beriman yang dikejar-kejar oleh  raja lalim kemudian sampai bersembunyi di sebuah gua. Sesampai di  gua Ia terserang kantuk yang luar biasa kemudian tertidur pulas.  Sementara di luar berjaga seekor anjing yang setia menemani.  Entah sampai berapa lama mereka tidur, begitu bangun mereka  mendapati perut mereka sangat lapar dan mereka membutuhkan  makanan. Maka diambillah beberapa koin uang untuk membeli nasi,  hingga terus berhati-hati jangan sampai mata-mata raja lalim itu  mengawasi. Begitu keluar dari pintu gua, Ia mendapati anjingnya  telah menjadi tulang belulang, kemudian uang yang dipergunakan  untuk berbelanja nasi sudah tidak laku lagi, bahkan konon sudah  kadaluarsa selama 309  tahun yang lalu. Anehnya meski mereka  telah tertidur selama ratusan tahun mereka tidak mengalami  ketuaan, keriput dan tanda-tanda alam lainnya yang  memperlihatkan mereka telah melewati bentangan waktu yang  sedemikian lama. Itu fakta pertama. Fakta kedua, kejadian Isra’ Miraj, dimana Rasulullah pernah  diperjalankan oleh Allah dengan menembus Sidratul Muntaha— langit shaf ke tujuh dalam satu malam. Adalah sangat mustahil dan  tak mungkin terjadi. Logika manapun tak mungkin membenarkan  kejadian itu, tetapi Al Qur’an yang tak mungkin terbantah  kebenarannya menceritakan itu dengan sangat gamblang. Bagaimana itu bisa terjadi? Dalam sejarah yang pernah kita baca kita tentu tahu, ada  seseorang, kapal-kapal, pesawat terbang dan lain-lain sebagainya  yang hilang secara misterius seperti yang sering kita dengar di  perairan Segitiga Bermuda, sebenarnya adalah masuk ke dalam  lorong waktu yang misterius ini. Dalam penyelidikannya terhadap lorong waktu, John Buckally  mengemukakan teori hipotesanya sebagai berikut. Pertama, obyektifitas keberadaan lorong waktu adalah bersifat  kematerialan, tidak terlihat, tidak dapat disentuh, tertutup untuk  dunia fana kehidupan umat manusia, namun tidak mutlak, karena  terkadang ia akan membukanya. Kedua, lorong waktu dengan dunia manusia bukanlah suatu sistem  waktu, setelah memasuki seperangkat sistem waktu, ada  kemungkinan kembali ke masa lalu yang sangat jauh, atau  memasuki masa depan, karena di dalam lorong waktu tersebut,  waktu dapat bersifat searah maupun berlawanan arah, bisa  bergerak lurus juga bisa berbalik, dan bahkan bisa diam membeku. Ketiga, terhadap dunia fana (ruang fisik kita) di bumi, jika  memasuki lorong waktu, berarti hilang secara misterius, dan jika  keluar dari lorong waktu itu, maka artinya adalah muncul lagi  secara misterius. Disebabkan lorong waktu dan bumi bukan  merupakan sebuah sistem waktu, dan karena waktu bisa diam  membeku, maka meskipun telah hilang selama 3  tahun, 5  tahun,  bahkan 30  atau 50  tahun, waktunya sama seperti dengan satu atau  setengah hari, karena hakikatnya kita tidak berada dalam lingkaran waktu tersebut. Partikel Ghaib Terhadap fenomena waktu yang tidak tergantung ruang ini sekali  lagi ilmuwan punya penemuan yang unik para ilmuwan sudah  menemukan partikel gaib yang terdapat di alam semesta yang  bahkan jauh lebih cepat dibanding dengan kecepatan cahaya, dalam  penelitiannya para ilmuwan mendapati  ketika pesawat antariksa  melewati gravitasi, gaya tarik medan gravitasi diubah menjadi  tenaga pendorong, maka dalam waktu itu, pesawat antariksa bisa  terbang dengan kecepatan cahaya bahkan dengan kecepatan cahaya ultra. Penjelasan Ilmiah Isra’ Miraj Barangkali inilah yang menjadi rahasia dari peristiwa Isra’ Miraj  menjadi sangat ilmiah, sebagaimana yang diungkapkan Agus  Mustofa dalam bukunya Terpesona Sidratul Muntaha, bahwa  partikel atau zat yang mensukseskan Rasulullah menembus langit  ketujuh adalah sejenis eter sebagai zat pembawa sekaligus  perantara daya elektromagnetik. Eter adalah udara yang ringan  sekali, lebih ringan dari udara yang dihirup oleh manusia: O2 Menurut Ilmu Metafisika, Rasul naik ke ruang angkasa melakukan  perjalanan Mi’rajnya tentu membutuhkan zat pembawa yang lebih  halus dari jiwa atau rohaninya. Oleh karena itu, makhluk hidup yang memiliki dua jasad: jasmani dan rohani, maka diperlukan zat  pembawa yang lebih halus dari rohani itu sendiri dan mampu  mengangkat jasmani Rasul sekaligus, zat ini adalah malaikat jibril  dan sebuah kendaraan bernama buraq yang konon lebih cepat dari  kecepatan cahaya. Dari sini mungkin kita baru paham bahwa buraq  dan malaikat jibril tentunya lebih cepat dari cahaya dengan  demikian tidak terikat oleh waktu atau berada dalam sistem waktu  yang berlaku, jadi akan berapa harikah perjalanan sejauh apapun,  hal ini tetaplah mungkin
Minggu, 05 September 2010
Rahasia MenembusLorong Waktu
 Sebentar lagi impian manusia untuk bisa mengetahui masa depan  atau keinginannya untuk kilas balik ke masa silamnya bakal segera  terwujud melalui fakta-fakta dan kejadian yang pernah dialami  manusia, juga melalui penjelasan ilmiah tentunya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Dan persiapan apa yang akan kita lakukan untuk  menembus mesin waktu ala doraemon tersebut? Waktu menurut Al Qur’an adalah relatif sebagaimana firmannya “ Dia mengatur urusan langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik  kepadanya-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah  seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS As Sajdah: 5). Hal ini  sejalan dengan keilmuan yang dibangun Einstein dalam teori  relativitasnya bahwa waktu tak bisa bersifat absolut melainkan  relatif. Kenyataan inilah yang mengundang fakta menakjubkan  berupa kisah-kisah abadi di dalam Al Qur’an, seperti kisah tujuh penghuni  gua ataupun kisah Isra’ Mirajnya Rasulullah dari Masjidil Haram, ke  Masjidil Aqsa hingga ke langit shaf tujuh dalam satu malam.  Pelajaran ilmiah yang dapat kita petik adalah, waktu sama sekali  tak terikat ruang. Seseorang yang seharusnya kelihatan tua pada  sepuluh tahun mendatang tidak mesti kelihatan tua jika Ia  mengalami satu keajaiban tertentu berupa fenomena aneh yang  sampai kini masih terus diselidiki oleh para ahli. Baiklah, sebelum kita membuka itu semua kita tarik contoh-contoh  kejadian yang tidak terikat ruang dan waktu. Al Qur’an  mengisahkan tentang tujuh orang beriman yang dikejar-kejar oleh  raja lalim kemudian sampai bersembunyi di sebuah gua. Sesampai di  gua Ia terserang kantuk yang luar biasa kemudian tertidur pulas.  Sementara di luar berjaga seekor anjing yang setia menemani.  Entah sampai berapa lama mereka tidur, begitu bangun mereka  mendapati perut mereka sangat lapar dan mereka membutuhkan  makanan. Maka diambillah beberapa koin uang untuk membeli nasi,  hingga terus berhati-hati jangan sampai mata-mata raja lalim itu  mengawasi. Begitu keluar dari pintu gua, Ia mendapati anjingnya  telah menjadi tulang belulang, kemudian uang yang dipergunakan  untuk berbelanja nasi sudah tidak laku lagi, bahkan konon sudah  kadaluarsa selama 309  tahun yang lalu. Anehnya meski mereka  telah tertidur selama ratusan tahun mereka tidak mengalami  ketuaan, keriput dan tanda-tanda alam lainnya yang  memperlihatkan mereka telah melewati bentangan waktu yang  sedemikian lama. Itu fakta pertama. Fakta kedua, kejadian Isra’ Miraj, dimana Rasulullah pernah  diperjalankan oleh Allah dengan menembus Sidratul Muntaha— langit shaf ke tujuh dalam satu malam. Adalah sangat mustahil dan  tak mungkin terjadi. Logika manapun tak mungkin membenarkan  kejadian itu, tetapi Al Qur’an yang tak mungkin terbantah  kebenarannya menceritakan itu dengan sangat gamblang. Bagaimana itu bisa terjadi? Dalam sejarah yang pernah kita baca kita tentu tahu, ada  seseorang, kapal-kapal, pesawat terbang dan lain-lain sebagainya  yang hilang secara misterius seperti yang sering kita dengar di  perairan Segitiga Bermuda, sebenarnya adalah masuk ke dalam  lorong waktu yang misterius ini. Dalam penyelidikannya terhadap lorong waktu, John Buckally  mengemukakan teori hipotesanya sebagai berikut. Pertama, obyektifitas keberadaan lorong waktu adalah bersifat  kematerialan, tidak terlihat, tidak dapat disentuh, tertutup untuk  dunia fana kehidupan umat manusia, namun tidak mutlak, karena  terkadang ia akan membukanya. Kedua, lorong waktu dengan dunia manusia bukanlah suatu sistem  waktu, setelah memasuki seperangkat sistem waktu, ada  kemungkinan kembali ke masa lalu yang sangat jauh, atau  memasuki masa depan, karena di dalam lorong waktu tersebut,  waktu dapat bersifat searah maupun berlawanan arah, bisa  bergerak lurus juga bisa berbalik, dan bahkan bisa diam membeku. Ketiga, terhadap dunia fana (ruang fisik kita) di bumi, jika  memasuki lorong waktu, berarti hilang secara misterius, dan jika  keluar dari lorong waktu itu, maka artinya adalah muncul lagi  secara misterius. Disebabkan lorong waktu dan bumi bukan  merupakan sebuah sistem waktu, dan karena waktu bisa diam  membeku, maka meskipun telah hilang selama 3  tahun, 5  tahun,  bahkan 30  atau 50  tahun, waktunya sama seperti dengan satu atau  setengah hari, karena hakikatnya kita tidak berada dalam lingkaran waktu tersebut. Partikel Ghaib Terhadap fenomena waktu yang tidak tergantung ruang ini sekali  lagi ilmuwan punya penemuan yang unik para ilmuwan sudah  menemukan partikel gaib yang terdapat di alam semesta yang  bahkan jauh lebih cepat dibanding dengan kecepatan cahaya, dalam  penelitiannya para ilmuwan mendapati  ketika pesawat antariksa  melewati gravitasi, gaya tarik medan gravitasi diubah menjadi  tenaga pendorong, maka dalam waktu itu, pesawat antariksa bisa  terbang dengan kecepatan cahaya bahkan dengan kecepatan cahaya ultra. Penjelasan Ilmiah Isra’ Miraj Barangkali inilah yang menjadi rahasia dari peristiwa Isra’ Miraj  menjadi sangat ilmiah, sebagaimana yang diungkapkan Agus  Mustofa dalam bukunya Terpesona Sidratul Muntaha, bahwa  partikel atau zat yang mensukseskan Rasulullah menembus langit  ketujuh adalah sejenis eter sebagai zat pembawa sekaligus  perantara daya elektromagnetik. Eter adalah udara yang ringan  sekali, lebih ringan dari udara yang dihirup oleh manusia: O2 Menurut Ilmu Metafisika, Rasul naik ke ruang angkasa melakukan  perjalanan Mi’rajnya tentu membutuhkan zat pembawa yang lebih  halus dari jiwa atau rohaninya. Oleh karena itu, makhluk hidup yang memiliki dua jasad: jasmani dan rohani, maka diperlukan zat  pembawa yang lebih halus dari rohani itu sendiri dan mampu  mengangkat jasmani Rasul sekaligus, zat ini adalah malaikat jibril  dan sebuah kendaraan bernama buraq yang konon lebih cepat dari  kecepatan cahaya. Dari sini mungkin kita baru paham bahwa buraq  dan malaikat jibril tentunya lebih cepat dari cahaya dengan  demikian tidak terikat oleh waktu atau berada dalam sistem waktu  yang berlaku, jadi akan berapa harikah perjalanan sejauh apapun,  hal ini tetaplah mungkin
Sebentar lagi impian manusia untuk bisa mengetahui masa depan  atau keinginannya untuk kilas balik ke masa silamnya bakal segera  terwujud melalui fakta-fakta dan kejadian yang pernah dialami  manusia, juga melalui penjelasan ilmiah tentunya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Dan persiapan apa yang akan kita lakukan untuk  menembus mesin waktu ala doraemon tersebut? Waktu menurut Al Qur’an adalah relatif sebagaimana firmannya “ Dia mengatur urusan langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik  kepadanya-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah  seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS As Sajdah: 5). Hal ini  sejalan dengan keilmuan yang dibangun Einstein dalam teori  relativitasnya bahwa waktu tak bisa bersifat absolut melainkan  relatif. Kenyataan inilah yang mengundang fakta menakjubkan  berupa kisah-kisah abadi di dalam Al Qur’an, seperti kisah tujuh penghuni  gua ataupun kisah Isra’ Mirajnya Rasulullah dari Masjidil Haram, ke  Masjidil Aqsa hingga ke langit shaf tujuh dalam satu malam.  Pelajaran ilmiah yang dapat kita petik adalah, waktu sama sekali  tak terikat ruang. Seseorang yang seharusnya kelihatan tua pada  sepuluh tahun mendatang tidak mesti kelihatan tua jika Ia  mengalami satu keajaiban tertentu berupa fenomena aneh yang  sampai kini masih terus diselidiki oleh para ahli. Baiklah, sebelum kita membuka itu semua kita tarik contoh-contoh  kejadian yang tidak terikat ruang dan waktu. Al Qur’an  mengisahkan tentang tujuh orang beriman yang dikejar-kejar oleh  raja lalim kemudian sampai bersembunyi di sebuah gua. Sesampai di  gua Ia terserang kantuk yang luar biasa kemudian tertidur pulas.  Sementara di luar berjaga seekor anjing yang setia menemani.  Entah sampai berapa lama mereka tidur, begitu bangun mereka  mendapati perut mereka sangat lapar dan mereka membutuhkan  makanan. Maka diambillah beberapa koin uang untuk membeli nasi,  hingga terus berhati-hati jangan sampai mata-mata raja lalim itu  mengawasi. Begitu keluar dari pintu gua, Ia mendapati anjingnya  telah menjadi tulang belulang, kemudian uang yang dipergunakan  untuk berbelanja nasi sudah tidak laku lagi, bahkan konon sudah  kadaluarsa selama 309  tahun yang lalu. Anehnya meski mereka  telah tertidur selama ratusan tahun mereka tidak mengalami  ketuaan, keriput dan tanda-tanda alam lainnya yang  memperlihatkan mereka telah melewati bentangan waktu yang  sedemikian lama. Itu fakta pertama. Fakta kedua, kejadian Isra’ Miraj, dimana Rasulullah pernah  diperjalankan oleh Allah dengan menembus Sidratul Muntaha— langit shaf ke tujuh dalam satu malam. Adalah sangat mustahil dan  tak mungkin terjadi. Logika manapun tak mungkin membenarkan  kejadian itu, tetapi Al Qur’an yang tak mungkin terbantah  kebenarannya menceritakan itu dengan sangat gamblang. Bagaimana itu bisa terjadi? Dalam sejarah yang pernah kita baca kita tentu tahu, ada  seseorang, kapal-kapal, pesawat terbang dan lain-lain sebagainya  yang hilang secara misterius seperti yang sering kita dengar di  perairan Segitiga Bermuda, sebenarnya adalah masuk ke dalam  lorong waktu yang misterius ini. Dalam penyelidikannya terhadap lorong waktu, John Buckally  mengemukakan teori hipotesanya sebagai berikut. Pertama, obyektifitas keberadaan lorong waktu adalah bersifat  kematerialan, tidak terlihat, tidak dapat disentuh, tertutup untuk  dunia fana kehidupan umat manusia, namun tidak mutlak, karena  terkadang ia akan membukanya. Kedua, lorong waktu dengan dunia manusia bukanlah suatu sistem  waktu, setelah memasuki seperangkat sistem waktu, ada  kemungkinan kembali ke masa lalu yang sangat jauh, atau  memasuki masa depan, karena di dalam lorong waktu tersebut,  waktu dapat bersifat searah maupun berlawanan arah, bisa  bergerak lurus juga bisa berbalik, dan bahkan bisa diam membeku. Ketiga, terhadap dunia fana (ruang fisik kita) di bumi, jika  memasuki lorong waktu, berarti hilang secara misterius, dan jika  keluar dari lorong waktu itu, maka artinya adalah muncul lagi  secara misterius. Disebabkan lorong waktu dan bumi bukan  merupakan sebuah sistem waktu, dan karena waktu bisa diam  membeku, maka meskipun telah hilang selama 3  tahun, 5  tahun,  bahkan 30  atau 50  tahun, waktunya sama seperti dengan satu atau  setengah hari, karena hakikatnya kita tidak berada dalam lingkaran waktu tersebut. Partikel Ghaib Terhadap fenomena waktu yang tidak tergantung ruang ini sekali  lagi ilmuwan punya penemuan yang unik para ilmuwan sudah  menemukan partikel gaib yang terdapat di alam semesta yang  bahkan jauh lebih cepat dibanding dengan kecepatan cahaya, dalam  penelitiannya para ilmuwan mendapati  ketika pesawat antariksa  melewati gravitasi, gaya tarik medan gravitasi diubah menjadi  tenaga pendorong, maka dalam waktu itu, pesawat antariksa bisa  terbang dengan kecepatan cahaya bahkan dengan kecepatan cahaya ultra. Penjelasan Ilmiah Isra’ Miraj Barangkali inilah yang menjadi rahasia dari peristiwa Isra’ Miraj  menjadi sangat ilmiah, sebagaimana yang diungkapkan Agus  Mustofa dalam bukunya Terpesona Sidratul Muntaha, bahwa  partikel atau zat yang mensukseskan Rasulullah menembus langit  ketujuh adalah sejenis eter sebagai zat pembawa sekaligus  perantara daya elektromagnetik. Eter adalah udara yang ringan  sekali, lebih ringan dari udara yang dihirup oleh manusia: O2 Menurut Ilmu Metafisika, Rasul naik ke ruang angkasa melakukan  perjalanan Mi’rajnya tentu membutuhkan zat pembawa yang lebih  halus dari jiwa atau rohaninya. Oleh karena itu, makhluk hidup yang memiliki dua jasad: jasmani dan rohani, maka diperlukan zat  pembawa yang lebih halus dari rohani itu sendiri dan mampu  mengangkat jasmani Rasul sekaligus, zat ini adalah malaikat jibril  dan sebuah kendaraan bernama buraq yang konon lebih cepat dari  kecepatan cahaya. Dari sini mungkin kita baru paham bahwa buraq  dan malaikat jibril tentunya lebih cepat dari cahaya dengan  demikian tidak terikat oleh waktu atau berada dalam sistem waktu  yang berlaku, jadi akan berapa harikah perjalanan sejauh apapun,  hal ini tetaplah mungkin


 
 05.59
05.59
 Zaenaru シエル
Zaenaru シエル
 
 Posted in:
 Posted in:  

1 komentar:
mas bro.. usul
Isi artikel'nya jangan terlalu padet.. berikan paragraf untuk jedah...
hehehe
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan sopan